Tuesday, October 31, 2017

unsur instrinsik novel cinta di dalam gelas

Unsur intrinsik novel cinta di dalam gelas
Hasil gambar untuk novel cinta di dalam gelas
1. Unsur intrinsik
Unsur pembangun prosa fiksi diantaranya tema, tokoh, penokohan, alur (plot), latar
(setting), amanat, gaya bahasa dan sudut pandang (point of view)
a. Tema
Tema adalah landasan utama dalam cerita. Tema dapat bersumber pada pengalaman
pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan sebagainya.
Misalnya tentang cinta, kesettiaan, ketakwaan,n korupsi, perjuangan mencapai
keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya.
b. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita sedangkan penokohan adalah gambaran karakter/watak
tokoh.
c. Alur
Alur adalah jalanya cerita atau urutan peristiwa dalam cerita, tahapan alur meliputi:
pengenalan, pengungkapan masalah, menuju konflik, krtegaan dan penyelesaian.
Jenis alur ada banyak, diantaranya alur maju dan alur mundur. Ciri alur maju yakni
cerita berawal dari peristiwa sekarang enuju peristiwa yang akan datang (nanti, besok,
lusa, minggu depan, bulan depan dst). Sementara itu, ciri ciri alur mundur yakni cerita
berawal dari peristiwa sekarang menuju peristiwa yang sudah terjadi (tadi, kemarin,
minggu yang lalu dst.)
d. Latar/ setting
Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, suasana yang digunakan dalam
suatu cerita. Latar merupaka sarana memperkuat serta menghidupkan jalan cerita.
e. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang melalui cerita.
f. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bagimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang
menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau
bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus,
menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan bahasa ini sangat
membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat bagi
pengembangan tema serta alur cerita.
g. Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Sudut pandang ada dua, orang
pertama dan orang ketiga.
1). Orang pertama
Orang pertama ada dua, yakni orang pertama tokoh utama dan orang pertama
tokoh tambahan. Orang pertama tokoh utama, cirinya pengarang berada dalam cerita/
pengarang bercerita dengan menggunakan tokoh aku/saya. Tokoh aku/saya tersebut
mendominasi cerita.
Orang pertama tokoh tambahan cirinya yakni pengarang berada dalam cerita/
bercerita dengan menggunakan tokoh aku/ saya. Tokoh aku/saya tersebut tidak
mendominasi cerita, ada tokoh lain yang lebih dominan.
2). Orang ketiga
Orang ketiga ada dua yakni orang ketiga serba tahu dan terbatas. Orang ketiga
serba tahu crinya yakni pengarang berada di luar cerita/pengarang tidak bercerita
dengan menggunakan tokoh aku/saya. Pengarang menceritakan semua peristiwa

secaa langsung bahkan sesuatu yang tersembunyi pun diceritakan, misalnya perasaan
tokoh.
Orang ketiga terbatas cirinya yakni pengarang berada di luar cerita/ tidak bercerita
dengan menggunakan tokoh aku/saya. Pengarang tidak mengisahkan semua peristiwa
secara langsung.

Bab 11

Cangklong

SEBELUM menghubunginya, aku telah membaca berita di internet bahwa di Helsinki,
Ninochka Stronovsky berjaya atas Grand Master Palestina, Nazwa Kahail. Langsung kukisahkan
padanya semua hal tentang Maryamah.
Seperti dulu terjadi padaku, ia mengambil tempo yang lama sebelum merespons.
Kutaksir ia sedang tertawa terpingkal-pingkal.
“Menarik sekali kejadian-kejadian di kampungmu ya?” begitu tanggapan perta
manya. Dapat kurasakan ia menahan geli pada setiap kata yang diketiknya. Berurusan dengan
para pecatur kelas ayam di kampung kami, yang ingin bertanding pada peringatan hari
kemerdekaan, pasti menjadi hiburan yang amat menarik baginya, di sela-sela tekanan
kejuaraan dunia catur perempuan.
“Ceritamu membuatku rindu ingin backpacking lagi, ingin melihat tempat-tempat yang
jauh dan masyarakat yang unik. Kuharap suatu ketika nanti aku punya kesempatan untuk
berkunjung ke kampungmu.”
“Orang ini memang hanya seorang perempuan penambang, tapi dia cerdas, Noch!”
“Tentu. Aku bersimpati padanya dan senang mendapat murid yang menantang. Aku
menyesal atas kekalahanmu waktu itu. Tapi, kurasa catur memang bukan bidangmu, Kawan!”
Malam esoknya dalam perjalanan ke rumah Maryamah, aku tertarik melihat orang
berkumpul di warung kopi. Rupanya Matarom sedang membuat semacam ekshibisi. Ia melawan
lima pecatur sekaligus tanpa menggunakan Menterinya
Sejak tiga empat langkah awal sudah tampak bahwa dia memang pecatur brilian.
Digulungnya semua orang itu dengan teknik Rezim Matarom yang sakti. Mitoha, ketua klub Di
Timoer Mataharisekaligus semacam manajer bagi Matarom, bangga sekali melihat jagoannya.
Usai bertanding, Matarom mengembuskan asap cangklongnya, bergelung-gelung
Di langit langit warung kopi. Kusaksikan semuanya dengan lutut lemas karena teringat pada
Maryamah. Bagaimana ia akan menghadapi para pecatur lelaki yang berpengalaman pada
kejuaraan nanti? Jangan kata menghadapi Matarom, Maryamah bahkan belum kenal dengan
catur.
Seratus meter menjelang pekarangan rumah Maryamah, aku terhibur oleh satu
kemungkinan bahwa semuanya belum terlambat, yaitu aku bisa saja berbalik dan melupakan
misi yang konyol ini. Namun, aku tak memperlambat sepedaku. Kawan, mimpi ini terlalu indah
untuk dilewatkan.
Waktu aku tiba, Maryamah memang telah menungguku. Kami berbincang sebentar lalu
duduk menghadapi papan catur yang baru kubeli di Tanjong Pandan. Yang terjadi kemudian
lebih gawat dari situasi yang kucemaskan. Maryamah duduk dengan kaku di seberangku. Buah
catur putih di sisinya. Tak sedikit pun ia berani menyentuhnya.
Aku mengenalkan padanya nama setiap buah catur dan di mana kedudukan awal

mereka. Ia menyimak dengan tegang. Dahinya berkeringat. Pasti tak sehuruf pun penjelasanku
masuk ke dalam kepalanya karena pikirannya tak tahu sedang berada di mana. Dadanya naik
turun. Ia menatap buah catur satu per satu dengan
nanar seperti jin perempuan salah sajen. Buah buah catur itu seperti benda yang menakutkan
baginya.
Mulanya aku bingung melihat kelakuannya, tapi kemudian aku paham. Baginya, catur
pastilah representasi Matarom dan seluruh kejadian menggiriskan yang telah menimpanya. Di
depan papan catur itu ia pasti merasa sedang berhadapan dengan suaminya. Ia tak berani
menyentuh buah buah catur itu.
Kemudian, kulihat matanya berkaca kaca. Ia menunduk, tafakur. Air matanya
berjatuhan. Aku iba melihat bahunya tang merosot. Sejak berumur 14 tahun, perempuan
malang itu telah memanggul beban yang tak terbayangkan beratnya. Kupandangi lengannya yang
besar dan kasar, jemarinya yang hitam, berkerak, dan kaku, seperti bilah-bilah besi karena
bertahun-tahun mendulang timah. Jari-jemari itu sama sekali tak serasi didekatkan dengan buah
catur mainan kaum menak dan para cerdik cendikia. Perempuan di depanku itu telah dikhianati
nasib, sepanjang hidupnya. Ia terisak-isak. Aku berhenti bicara. Kukemasi papan catur dan pamit
pulang. Pelajaran catur pertama itu berakhir dengan sangat menyedihkan.
Unsur intrinsik novel cinta di dalam gelas
1. Tema : kisah catur
2. Tokoh dan penokohan
a. Tokoh :
Aku
Maryamah
Matarom
Mitoha
Ninochla stronovsky
b. Penokohan
- Maryamah :
1). cerdas “Orang ini memang hanya seorang perempuan penambang, tapi dia cerdas,
Noch!”(hal.55)
2). Tidak pemberani “ Tak sedikit pun ia berani menyentuhnya”(hal.57)
- Aku : simpatik “Aku bersimpati padanya”(hal.55)
- Matarom : cerdas “Sejak tiga empat langkah awal sudah tampak bahwa dia memang
pecatur brilian. Digulungnya semua orang itu dengan teknik Rezim Matarom yang
sakti.”(hal.56)
- Ninochla stronovsky : “Kuharap suatu ketika nanti aku punya kesempatan untuk
berkunjung ke kampungmu.”(hal.55)
3. Alur /plot : Alur campuran
“Seperti dulu terjadi padaku, ia mengambil tempo yang lama sebelum
merespons”(hal.54)
“Aku menyesal atas kekalahanmu waktu itu.” (hal.55)
“Malam esoknya dalam perjalanan ke rumah Maryamah”(hal.55)
4. Latar/setting :
- Latar tempat :
1). Jalan “Seratus meter menjelang pekarangan rumah Maryamah”(hal. 56)

2). Warung kopi “aku tertarik melihat orang berkumpul di warung kopi.”
3). Pekarangan rumah Maryamah “pekarangan rumah Maryamah, Kami berbincang
sebentar lalu duduk menghadapi papan catur yang baru kubeli “(hal.56)
- Latar waktu :
1). Malam “Malam esoknya dalam perjalanan ke rumah Maryamah”(hal.55)
- Latar suasana :
1. tegang “ Ia menyimak dengan tegang”.(hal.56)
2. Sedih “Kemudian, kulihat matanya berkaca kaca. Ia menunduk, tafakur Air
matanya berjatuhan.” (hal.57)
“Ia terisak-isak.” (hal.57)
“Pelajaran catur pertama itu berakhir dengan sangat menyedihkan.”(hal.57)
3. Cemas “Kusaksikan semuanya dengan lutut lemas karena teringat pada
Maryamah.”(hal.56)
“Yang terjadi kemudian lebih gawat dari situasi yang kucemaskan.”
5. Amanat : kalahkah rasa takut untuk mencapai semua mimpi indahmu
6. Gaya bahasa :
1). majas asosiasi/perumpamaan
“ Kupandangi lengannya yang besar dan kasar, jemarinya yang hitam, berkerak, dan
kaku, seperti bilah-bilah besi” (hal.57)
“ia menatap buah catur satu persatu dengan nanar seperti jin perempuan.”(hal.57)
7. Sudut pandang : orang pertama tokoh tambahan karena pengarang bercerita dengan
menggunakan tokoh aku tetapi tokoh aku tidak mendominasi cerita, ada tokoh lain yang
lebih dominan yaitu maryamah.

semoga bermanfaat

2 comments:

cara melihat statistik blogger